logo Jumat, 20 September 2024

TANAMAN LEGUM SEBAGAI SUMBER PROTEIN HIJAU UNTUK PEJANTAN

Terakhir Diperbaharui pada : Jum'at, 20 September 2024 ~ Dilihat 72125 Kali


Pengembangan Hijauan Pakan Ternak (HPT) dalam upaya penyediaan pakan hijauan berkualitas bagi ternak ruminansia menjadi hal penting untuk dilakukan, terlebih di negara tropis seperti Indonesia. Pada umumnya hijauan rumput dan legume daerah tropis memiliki kualitas yang kurang bagus. Pengaruh iklim dan cuaca sangat besar terhadap proses pertumbuhan dan kualitas hijauan, diantaranya hijauan pakan banyak memiliki kulit biji yang tidak permiabel atau sangat keras sehingga sulit ditembus untuk tumbuh dengan baik. Selain itu rata-rata produksi hijauan rendah dan kurang respon terhadap perbaikan hara tanah.

Kualitas hijauan dicerminkan dari seberapa nilai nutrisi hijauan yang terkandung di dalamnya. Hijauan mengandung protein kasar, lemak, serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen dan mineral. Protein kasar merupakan nutrisi yang sangat penting bagi ternak. Hijauan yang mengandung protein kasar yang tinggi dimiliki oleh sebagian besar leguminosa.

Pemberian pakan untuk ternak bibit sudah barang tentu penting untuk memperhatikan kecukupan nutrisi yang dibutuhkan, terlebih dari unsur hijauan. Dengan kualitas hijauan (rumput) yang ada masih jauh dari apa yang diharapkan, pada akhirnya diberikan tambahan pakan penguat untuk mencukupi kebutuhan nutrisinya, yang tentunya secara ekonomis membutuhkan biaya yang tinggi. Sementara jika melihat potensi hijauan pakan sumber protein (leguminosa) yang ada di sekitar kita cukup tersedia, namun sayang banyak yang belum sepenuhnya dimanfaatkan optimal untuk pakan ternak. Seperti; lamtoro, gamal, kaliandra, turi dll., tanaman – tanaman tersebut cukup banyak tersdia di beberapa daerah di Indonesia, namun belum dikembangkan dan dimanfaatkan secara baik sebagai sumber protein pakan ternak. BIB Lembang yang memelihara beberapa jenis pejantan unggul ternak sapi, kerbau, kambing dan domba menjadi sangat penting untuk dilakukan pengembangan beberapa jenis hijauan terutama hijauan sumber protein. Sejak tahun 2011, sudah banyak upaya dilakukan yang lebih intensif untuk pengembangan leguminosa ini. Dengan ketersediaan lahan kebun rumput yang sangat tebatas (± 19,8 Ha), tanaman-tanaman legum tersebut ditanam sebagai tanaman pembatas atau pagar dan sebagai tanaman contoh di kebun koleksi hijauan, dan juga dikembangkan di beberapa peternak dan kelompok peternak. Beberapa jenis tanaman legum yang ditanam dan dikembangkan di BIB Lembang yaitu:

 1. Indigofera

T a n a m a n  i n i d i m a n f a a t k a n sebagai pakan ternak yang kaya akan nitrogen, f o s f o r d a n kalsium. Dari hasil pengujian nutrisi Indigofera di Balai Pengujian M u t u d a n Sertifikasi Pakan (BPMSP) Bekasi tahun 2015 adalah sebagai berikut: kadar air 72,65%, abu 15,23%, protein kasar 29,16%, lemak kasar 1,25%, serat kasar 21,60%, Ca 0,48% dan P 0,36%. Dengan kandungan protein yang cukup tinggi dan palabilitas yang baik menjadikan tanaman ini banyak diminati oleh peternak. Indigofera umumnya dikembangkan dengan generatif melalui biji. Uji coba palatabilitas dan penggunaan hijauan segar Indigofera zollingeriana pada kambing kacang menunjukkan peningkatan efisiensi pakan dan bobot badan hingga 45% (Tarigan 2009).

2. Alfalfa

Sebagai pakan ternak, alfalfa (Medicago sativa) memiliki kualitas yang sangat bagus. Selain karena nilai nutrisi dan produksinya yang menguntungkan, tanaman ini juga disebutkan memiliki rasa yang enak sehingga banyak diproduksi. Dibandingkan dengan tanaman pakan lainnya, alfalfa memiliki k a n d u n g a n p r o t e i n d a n k a l s i u m y a n g t i n g g i , t e t a p i e n e r g i termetabolisme dan kadar fosfor di dalamnya relatif rendah. Alfalfa juga termasuk berserat rendah sehingga mudah mencapai rumen (perut besar) dan mudah dicerna oleh hewan ternak Hasil pengujian Lab BPMSP Bekasi Tahun 2015 menunjukkan: kadar air 90,69%, abu 14,75%, protein kasar 32,63%, lemak kasar 3,08%, serat kasar 29,24%, Ca 1,14% dan P 0,92%. Alfalfa selain dapat dikembangkan dengn biji dapat pula dengan menggunakan pols atau sobekan rumpun.

3. Styosanthes

Styloshanthes guianensis (Stylo) merupakan salah satu tanaman pakan yang sangat disukai ternak, kaya akan protein dan mineral. Kandungan nutrisi hasil uji lab BPMSP Bekasi Tahun 2015: kadar air 76,63%, abu 10,98%, protein kasar 19,87%, lemak kasar 1,51%, serat kasar 32,27%, Ca 1,82% dan P 0,19%. Stylo ini sangat disukai ternak  r u m i n a n s i a seperti kambing, domba maupun sapi dan kerbau, b a h k a n d a p a t digunakan pula s e b a g a i  f e e d suplement untuk ternak ayam, babi dan ikan. Tanaman ini dapat diberikan dalam keadaan segar atau kering yang diproses dalam bentuk tepung daun. Salah satu kelebihan dari legum ini adalah daun dan batang lembut walaupun umur tanaman sudah cukup tua karena panen/ pemotongan yang terlambat, sehingga pemberiannya kepada ternak masih baik dilakukan karena tidak berpengaruh terhadap palatabilitas ternak.

4. Gamal

Gamal yang dalam bahasa ilmiahnya Gliricidia sepium merupakan tanaman yang sudah tidak asing di telinga masyarakat. Orang sunda menyebutnya “cebreng” karena saking mudahnya tumbuh di berbagai macam kondisi. Cara penanaman gamal ini bisa dilakukan dengan biji atau stek. Batang tanaman gamal dipotong dan ditancapkan ke tanah, proses selanjutnya gamal akan membentuk akar baru dan tumbuh menjadi tanaman baru. K a n d u n g a n nutrisi gamal hasil uji lab BPMSP Bekasi: kadar air 7 7 , 7 2 % , a b u 12,75%, protein kasar 26,29%, lemak kasar 1,94%, serat kasar 30,83%, Ca 2,00% dan P 0,35%.

5. Desmodium

Budidaya tanaman Desmodium rensonii dapat dilakukan secara vegetatif dan generatif . Interval pemanen an dapat dilakukan setiap 1 bulan sekali, intensitas pemangkasan minimal 1 m, dengan rataan produksi berat kering sebesar 139,9 g/tanaman. Sebagai leguminosa, daun tanaman tersebut kaya akan nitrogen, sehingga sangat baik untuk hijauan pakan kambing, sapi, domba, kelinci dan babi. Kandungan nutrisi Desmodium: kadar air 83,63%, abu 10,41%, protein kasar 23,16%, lemak kasar 0,88%, serat kasar 38,49%, Ca 1,9% dan P 0,39%. Desmodium rensonii juga banyak dimanfaatkan sebagai tanaman konservasi untuk mengendalikan erosi sekaligus penghasil pupuk hijau.

6. Lamtoro Gum

Lamtoro gung (Leucaena leucocephala L) ini banyak dikenal oleh masyarakat sebagai petai cina atau peuteuy selong sebutan orang sunda . Lamtoro ini adalah jenis leguminosa yang sudah cukup lama digunakan oleh masyarakat untuk area penghijauan atau sebagai pencegah erosi, termasuk sebagai sumber pakan untuk ternak. Kandungan nutrisi untuk kebutuhan ternak dari Lamtoro ini sangat baik, dengan kadar protein yang tinggi, Lamtoro ini bisa menjadi alternatif sumber protein dari hijauan. Hasil pengujian nutrisi di BPMSP Bekasi Tahun 2015, menunjukkan : kadar air 76,63%, abu 8,31%, protein kasar 36,37%, lemak kasar 0,66%, serat kasar 21,00%, Ca 0,99% dan P 0,35%.

 7. Turi

Tanaman Turi atau dalam bahasa latin Sesbania grandiflora syn merupakan  tanaman yang dapat tumbuh dengan cepat, mempunyai akar yang dangkal, dan memiliki cabang cabang yang menggantung. Dengan kadar protein yang tinggi, tanaman ini cukup potensial untuk pakan ruminansia dan non ruminansia. Hasil uji lab BPMSP Bekasi Tahun 2015: kadar air 80,55%, abu 9,29%, protein kasar 27,59%, lemak kasar 2,93%, serat kasar 23,17%, Ca 1,49% dan P 0,31%. Namun dibalik nilai nutrisi yang cukup bagus, turi memliki saponin yaitu zat anti nutrisi yang cukup berbahaya bagi ternak sehingga dalam pemberiannya perlu proses pengolahan terlebih dahulu.

Beberapa jenis leguminosa lain yang dikembangkan yaitu jenis legum yang menjalar/merayap menutupi tanah yang berperan penting dalam proses penyuburan tanah, yaitu Centro, Siratro dan Clitoria dengan kandungan Protein kasar ketiganya rata-rata sekitar 22%. Melihat dari potensi dari beberapa jenis legum tersebut, sesungguhnya sudah cukup memberikan gambaran bahwa jika tanaman-tanaman tersebut dikelola dan dikembangkan dengan baik sehingga mampu memberikan ketersediaan yang cukup untuk ternak, maka pemberian konsentrat sebagai pakan penguat sedikit demi sedikit bisa dikurangi. Formulasi berbasis hijauan nampaknya juga menjadi sesuatu yang menarik. Sudah barang tentu ini menuntut ketersediaan dari hijauan rumput sebagai sumber energi dan legum sebagai sumber protein harus senantiasa tersedia. Oleh karena itu upaya pengembangan Hijauan Pakan Ternak menjadi sesuatu yang harus dilakukan.

Penulis : Ali Kurniawan, S.Pt / Koordinator Pengawas Mutu Pakan

KOMENTARI TULISAN INI